Sabtu, 23 April 2011

heMaToLogi(sel darah merah)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   SEL DARAH MERAH
Sel darah merah atau biasa disebut eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.(Anonim,2008)
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6 - 8 μm dan ketebalan 2 μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL ( 9 femtoliter ). Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.(Hoffbrand,1995)
Orang dewasa memiliki 2 – 3 × 1013 eritrosit setiap waktu ( wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam memiliki jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia.(Bakta,2007)

1.2   PEMBENTUKAN  SEL  DARAH  MERAH ( HAEMOPOIESIS )
1.2.1    Tempat
              Janin 0 – 2 bulan  : indung telur ( yolk sac )
              Janin 2 – 7 bulan  : hati, limpa
              Janin 5 – 9 bulan  : sumsum tulang
              Bayi                                : sumsum tulang ( praktis semua tulang )
Dewasa                           : tulang belakang, iga, sternum,   tengkorak,   sakrum, dan pelvis, ujung proksimal femur.(Hoffbrand,1995)
1.2.2    Sel Asal Haemopietik
            Sel progenitor untuk jalur sel sumsum tulang utama : a. eritroid; b. granulositik dan monositik; c. megakariositik. Prekursor myeloid yang paling dini dideteksi membentuk granulosit, eritoblas, monosit dan megakariosit dan diberi istilah CFUGEMM ( CFU = Colony Forming Unit in culture media ). Progenitor yang lebih matang dan khusus dinamakan CFUGM ( Granulosit dan Monosit ), CFUE0 ( Eosinofil), CFUe ( Eritroid ) dan CFUmeg ( Megakariosit ), BFU e ( Burst Forming Unit, eritroid ) merupakan progenitor eritroid yang lebih dini daripada CFUe. Sumsum tulang adalah lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan sel asal ( stem cell ) yang dilengkapi sel stroma, sel lemak dan jaringan mikrovaskuler.(Hoffbrand,1995)
1.2.3    Eritropoiesis
Pronormoblas
( sel eritroid paling awal, sitoplasma biru tua dengan pewarnaan Romanowsky, nucleus di tengah, kromatin sedikit dan berkelompok )
Normoblas Basophilik
( dini ) 
Normoblas Polikromatik( antara )

Normoblas Piknotik 
( kromatin inti lebih padat, nucleus dikeluarkan )

Retikulosit 
( mengandung ribosomal RNA, memerlukan 1 – 2 hari dalam sumsum tulang dan beredar ke darah tepi  selama 1 – 2 hari )

Sel Darah Merah dewasa
(  RNA telah hilang, cakram bikonkaf tanpa nucleus )
  
Zat yang dibutuhkan untuk eritropoiesis :
1.      Logam : besi. Mangan dan kobalt
2.      Vitamin : vitamin B12, folat, vitamin C, vitamin E, vitamin B6, tiamin, riboflavin dan asam pantotenat.
3.      Asam amino
4.      Hormone : eritropoietin, androgen, tiroksin.(Hoffbrand,1995)

BAB II
ISI
2.1   Variasi Kelainan Besar Eritrosit ( SIZE )
   2.1.1    Makrositosis
                     Keadaan dimana diameter rata–rata eritrosit lebih dari 8,5 mikron dengan tebal rata-rata 2,2-2,3 mikron. Dapat ditemukan pada anemia megaloblastik, anemia aplastik / hipoplastik, leukemia, hipotiroidisme, penyakit saluran cerna dengan gangguan absorpsi, kegagalan ginjal, kehamilan, malnutrisi, dan post splenektomi. Makrosit dengan bentuk agak oval dengan diameter 12-15 mikron disebut megalocyt ditemukan pada anemia defisiensi vitamin B12 atau defisiensi asam folat.(Ranggani,1989)
         2.1.2    Mikrositosis
                     Keadaan dimana eritrosit kurang dari 7 mikron, tebal rata-rata 1,5-1,6 mikron. Dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi, thalasemia, keracunan tembaga, anemia sideroblastik, Idiopathie pulmonary hemosidrosis, anemia pada penyakit menahun.(Ranggani,1989)
         2.1.3    Anisositosis
                     Keadaan dimana ukuran besarnya eritrosit bervariasi, jadi terdapat makro, normo, dan mikrosit, sedang bentuknya sama. Ditemukan pada anemia kronika yang berat.(Ranggani,1989)

      2.2    Variasi Warna Eritrosit ( STAINNING )
         2.2.1    Normokromia
                     Keadaan eritrosit dengan konsentrasi Hb normal dan daerah pucat bagian tengah dalam batas normal.(Ranggani,1989)
         2.2.2    Hipokromia
                     Keadaan eritrosit dengan konsentrasi kurang dari normal. Bila daerah pucat di central melebar, terjadilah “ring erythrocyte” atau anulosit. Ditemukan pada thalasemia, hemoglobinopathi C atau E, anemia sideroblastik, dan penyakit menahun.(Ranggani,1989)
         2.2.3    Hiperkromia
                     Keadaan eritrosit dengan warna oxyphil yang lebih dari normal bukan karena kejenuhan Hb, melainkan karena penebalan membran sel. Ditemukan pada spherocytosis.(Ranggani,1989)
         2.2.4    Polikromasia
                     Keadaan eritrosit terdapat beberapa warna dalam sebuah lapang pandang sediaan darah apus eritrosit. Ditemukan pada eritropoeisis aktif, gangguan eritropoeisis ( myelosklerosis ), hdan hemopoeisis ekstramedular.(Ranggani,1989)
     
      2.3    Variasi Bentuk Eritrosit ( SHAPE )
         2.3.1    Poikilositosis
                     Keadaan terdapat bermacam-macam bentuk eritrosit dalam satu sediaan darah apus, misalnya pada hemoposis extramedullaris.(Illiawati,2008)
         2.3.2    Crenated cell / Echinocyte / Crenated Erythrocyte
                     Keadaan eritrosit mengkerut karena kehilangan cairan pada media hipertonis/dalam suasana lembab lama (sel dengan tepi berkelok – kelok).(Illiawati,2008)
         2.3.3    Schistosit / Fragmentosit
                     Keadaan adanya fragmen di sirkulasi, bentuk kecil dan tidak beraturan. Terjadi akibat peningkatan trauma mekanis intravaskuler dam mikroangiopati.(Illiawati,2008)
         2.3.4    Shapped Sel
                     Bentuk eritrosit seperti buah pear.(Ranggani,1989)
         2.3.5    Anulosit Sel
                     Central pollar pada eritrosit mengalami pelebaran.Ranggani,1989)
         2.3.6    Burr Cell / Sea Urchin Cell
                     Muncul akibat kesalahan waktu pembuatan apusan darah, manifestasi penyakit tertentu atau gangguan metabolism tubuh. Sel dengan tonjolan duri ( 10 – 30 buah ) karena pecahnya membran sel. Ditemukan pada anemia hemolitik, hepatitis, chirchosis hepatis, Pyruvate kinase deficiency, Ca gaster, Bleeding peptic ulcer, dan penyakit ginjal menahun.(Ranggani,1989)
         2.3.7    Ovalocyte / Elliptical Cell / Elliptocyte
                     Mempunyai bentuk yang sangat bervariasi yaitu oval, pensil, dan cerutu dengan konsentrasi Hb tidak hipokromik tapi berkumpul di kedua kutub sel. Ciri khas dari sel ini adalah bentuk silinder dan tengahnya pucat. Ditemukan pada Elliptositosis herediter ( lebih dari 95 % eritrosit berbentuk elliptosit ), anemia defisiensi besi, B12, asam folat, sickle cell anemia, thalasemia, hemolitik desease.(Ranggani,1989)
         2.3.8    Stomatocytes
                     Keadaan eritrosit pada bagian tengah sel mengalami pemucatan dan tidak berbentuk lingkaran tapi memanjang seperti celah bibir mulut. Ditemukan pada stomatositosis herediter, penyakit keganasan, anemia hemolitik, thalasemia, dan keracunan timah.(Ranggani,1989)
         2.3.9    Target Cell / Mexican Hat Cell / Bull’s Eye Cell
                     Keadaan dimana eritrosit dengan permukaan luas, bundar, tengahnya menonjol sehingga tampak lebih gelap dikelilingi daerah pucat, tepi sel terjadi penumpukan dan warna Hb seperti topi Meksiko. Dapat ditemukan pada thalasemia, penyakit hati, lecithin cholesterol acyl transferase defisiensi. (Ranggani,1989)

         2.3.10  Thorn Cell, Acanthocytes, Super cell.
                     Sel-sel tersebut termasuk dalam sel spikel ( spicule cell) yaitu eritrosit dengan tonjolan seperti duri yang lancip. Terjadi karena gangguan metabolism lipid. Ditemukan pada pyruvate kinase deficiency, post splenektomi, pengaruh pengobatan heparin. (Ranggani,1989)
         2.3.11  Spherocytes, Microshrerocytes, sperosit.
                     Sel-sel tersebut bundar, gelap, uniform, lebih kecil dari eritrosit. Bentuk eritrosit sferikdengan tebal 3 mikron dan diameternya kurang dari 5,3 mikron dan hiperkromik. Terdapat pada sferositosis herediter, anemia iso dan auto-immunohemolitik. (Ranggani,1989)
         2.3.12  Sickle Cell / Meniscocytes / Crescent Cell
                     Berbentuk menyerupai bulan sabit, lanset, dengan kedua ujung lancip. Terjadi karena gangguan oksigenasi sel, resistensi osmotic meningkat. Ditemukan pada penyakit homozygote Hb S, penyakit Hb SC, penyakit Hb S thalasemia sindrom, penyakit Hb I. (Ranggani,1989)
         2.3.13  Tear Drop Cell / Sel buah Pear.
                     Memiliki ukuran lebih kecil dari eritrosit normal, hipokromik karena distorsi fragmen eritrosit. Ditemukan pada anemia megaloblastik, Myelofibrosis, thalasemia. (Ranggani,1989)
         2.3.14  Helmet Cell / Dome Cell
                     Bentuk bundar, tepi sebagian cembung dan cekung
         2.3.15  Piknosit / Pyknocyte / Irregular Contracted Cell
                     Sel burr yang mengalami pengkerutan, tampak kecil dan hitam. (Ranggani,1989)

2.4    Variasi Kelainan-Kelainan Lain Eritrosit
   2.4.1    Stipling Basofilik / Punctatie Basophilia
                  Eritrosit dengan bintik-bintik granula halus, warna biru, multiple dan difus dalam eritrosit. Ditemukan pada intoksikasi timah, thalasemia minor dan anemia megaloblastik. (Ranggani,1989)
   2.4.2    Benda Pappenheymer / Siderocytes
                  Eritrosit dengan granula kasar, 1-10 buah dengan diameter ± 2 mikron. Dapat ditemukan  pada anemia sideroblastik, beberapa anemia hemolitik dan post splenektomi. (Ranggani,1989)
   2.4.3    Benda Heinz
                  Hasil denaturasi Hb yang telah berubah sifatnya, ukuran 1-2 mikron, tidak teratur, berwarna ungu gelap dekat membran eritrosit. Dapat ditemukan pada defisiensi G-6-PD, anemia hemolitik karena obat oksidansia, thalasemia, dan penyakit Hb Kohn. (Ranggani,1989)
   2.4.4    Cincin Cabot / Cabot Ring
                  Bentuk bulat / cincin atau seperti angka 8 dengan garis-garis pada sitoplasma eritrosit dengan warna merah atau biru keunguan. Hal ini menunjukkan adanya aktifitas regenerasi. Dapat ditemukan pada anemia perniciosa, thalasemia, sickle cell anemia. (Ranggani,1989)
   2.4.5    Benda Howell Jolly
                  Sisa pecahan inti eritrosit karena karyorrhexia, diameter rata-rata 1 mikron, warna ungu kehitaman. Ditemukan pada kelainan metabolism Hb, Infark limfa, post splenektomi, anemia megaloblastik dan steatorrhoea. (Ranggani,1989)
   2.4.6    Eritrosit Berinti / Nucleated Red Cell
                  Eritrosit muda bentuk metarubrisit, kadang dapat dijumpai pada normoblastemia. Dapat ditemukan pada penyakit hemolitik pada anak, kelemahan jantung kongestif, hypoxia, leukemia, dan metastase Ca sumsum tulang. (Ranggani,1989)
   2.4.7    Eritrosit yang mengandung parasit
               Parasit malaria ( Plasmodium sp ) dapat ditemukan dalam berbagai stadium.
                  Oroya fever / Bartonellosis : bentuk bulat, diameter 0,3-1 mikron, ada seperti batang dengan panjang 1-2 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron tersusun seperti huruf V atau Y. (Ranggani,1989)
              

                    

Jumat, 15 April 2011

hematologi ruTin

PEMERIKSAAAN HEMATOLOGI RUTIN
Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap –DPL- (complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya.
HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:
  • Jumlah sel darah putih
  • Jumlah sel darah merah
  • Hemoglobin
  • Hematokrit
  • Indeks eritrosit
  • jumlah dan volume trombosit
Tabel 1. Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal
Parameter
Laki-Laki
Perempuan
Hitung sel darah putih (x 103/μL)
7.8 (4.4–11.3)
Hitung sel darah merah (x 106/μL)
5.21 (4.52–5.90)
4.60 (4.10–5.10)
Hemoglobin (g/dl)
15.7 (14.0–17.5)
13.8 (12.3–15.3)
Hematokrit (%)
46 (42–50)
40 (36–45)
MCV (fL)
88.0 (80.0–96.1)
MCH (pg)
30.4 (27.5–33.2)
MCHC
34.4 (33.4–35.5)
RDW (%)
13.1 (11.5–14.5)
Hitung trombosit (x 103/μL)
311 (172–450)
Spesimen
Sebaiknya darah diambil pada waktu dan kondisi yang relatif sama untuk meminimalisasi perubahan pada sirkulasi darah, misalnya lokasi pengambilan, waktu pengambilan, serta kondisi pasien (puasa, makan). Cara pengambilan specimen juga perlu diperhatikan, misalnya tidak menekan lokasi pengambilan darah kapiler, tidak mengambil darah kapiler tetesan pertama, serta penggunaan antikoagulan (EDTA, sitrat) untuk mencegah terbentuknya clot.

Hemoglobin
Adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.
  • Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
  • Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan dewasa antara 12 – 14 g/dl.
  • Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl.
  • Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion.
  • Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin.
  • Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).
Hematokrit
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah.
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler.
Penurunan HMT, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE, athritis reumatoid, dan ulkus peptikum.
Peningkatan HMT, terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare berat, asidosis diabetikum,emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek pembedahan, dan luka bakar.
Hitung Eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:
  • Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
  • Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
  • Natrium klorid 0.85 %
Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan
Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit kardiovaskuler
Indeks Eritrosit
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
MCV  = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
Normal 80-96 fl
Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
Normal 27-33 pg
Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER)
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)
Normal 33-36 g/dL
Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100
Nilai normal rujukan 11-15%
Hitung Trombosit
Adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/ µL berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah.

Hitung Leukosit
Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/μl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /μl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500- 11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 — 10.000/μl. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl. Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara manual dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.
Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara manual kesalahannya sampai ± 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini.
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.
Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan ataupun gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh obat-obatan, misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide, haparin, digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisilin, tetracycline, vankomisin, dan streptomycin.
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/µL darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan netropenia.
Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan penyakit hemopoetik(anemia aplastik, anemia perisiosa). Leokopenia dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama saetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol)
Hitung Jenis Leukosit
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.  Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.
Tabel 2. Hitung Jenis Leukosit
Jenis
Nilai normal
Melebihi nilai normal
Kurang dari nilai normal
Basofil
0,4-1%
40-100/µL
inflamasi, leukemia, tahap penyembuhan infeksi atau inflamasi
stress, reaksi hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme
Eosinofil
1-3%
100-300/µL
Umumnya pada keadaan atopi/ alergi dan infeksi parasit
stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.
Neutrofil
55-70%
(2500-7000/µL)
Bayi Baru Lahir 61%
Umur 1 tahun 2%
Segmen 50-65% (2500-6500/µL)
Batang 0-5% (0-500/µL)
Inflamasi, kerusakan jaringan, peyakit Hodgkin, leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn, kolesistitis akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obat
Infeksi virus, autoimun/idiopatik, pengaruh obat-obatan
Limfosit
20-40%
1700-3500/µL
BBL 34%
1 th 60%
6 th 42%
12 th 38%
infeksi kronis dan virus
kanker, leukemia, gagal ginjal, SLE, pemberian steroid yang berlebihan
Monosit
2-8%
200-600/µL
Anak 4-9%
Infeksi virus, parasit, anemia hemolitik, SLE< RA
Leukemia limfositik, anemia aplastik
Laju Endap Darah
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.



I.             Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)
1.    Metode SAHLI (Visual)
Prinsip:
Darah ditambah  HCl 0,1 N menjadi asam hematin yang berwarna kecoklat-coklatan.warna ini diencerkan dalam tabung berskala sampai warnanya sama dengan warna pembanding(pada Hemometer). Tinggi miniscus pada skala menunjukkan kadar Hb dalam satuan gram % (gram/dl).
Alat & reagensia:
a. Hemoglobinometer Sahli terdiri dari:
- standar hemoglobin dengan warna pembanding
- pipet Hb Sahli volume 20mm3(20 mikro liter= 0,02 ml)
- tabung Hb berskala
- aspirator
- spatula pipet Pasteur
b. HCl 0,1 N
c. Kapas atau tissue
d. Aquadest

Cara kerja:
  1. Tab hemometer diisi lar HCl 0,1N → sampai tanda 2
  2. Hisap darah kapiler dng pipet Sahli smpi tanda 20 μl
  3. Hapus kelebihan darah dng kertas tisu
  4. Masukan darah kedalam tabung hemometer
  5. Bilas darah dengan larutan HCl didlm tabung

Cara pemeriksaan:
  1. Tunggu 5 menit → pembentukan asam hematin
  2. Tambah aquadest → sampai warna sama dengan standart → baca dalam gr/dl

Ukuran Normal:
Saat Lahir
              : 17 -23 g/dl
Usia 2 bulan
          : 9-14 g/dl
Usia 10 tahun
        : 12-14 g/dl
Dewasa wanita
      : 12-15 g/dl
Dewasa pria
          : 14-17 g/dl

Catatan:
1.        Specimen:
Darah vena atau kapiler dengan antikoagulan EDTA, heparin atau campuran Kalium/Ammonium oksalat.
2.        Pemeriksaan kadar Hb sahli ini dari awal hingga selesai tidak memerlukan waktu kurang dari 5 menit karena akan mengakibatkan hasil tinggi palsu.
3.        Cara Sahli ini pemeriksaannya sangat menngandalkan daya visual. Factor Kesalahan ±10%
4.        Specimen harus selalu homogeny
5.        Pipet Hb yang basah, kotor dan ujungnya tidak utuh lagi mengurangi volume sehingga hasil menjadi rendah palsu.
6.         Warna pembanding (oxcyanide) sewaktu-waktu menjadi pudar sehingga harus dikalibrasi dengan metode spektrofotometris
7.        Larutan HCl pada umunya stabil sehingga tidak perlu sering-sering diganti kecuali bila larutan tersebut sudah jenuh dengan jamur.
8.        Kondisi darurat,misalnya:memutuskan perlu atau tidaknya transfuse(cara ini masih layak dipakai)

B. Metode Cyanmethemoglobin
Prinsip:
Ferri cyanide dalam larutan drapkins mengubah besi Hb dari bentuk ferro menjadi cyanmethemoglobin yang berwarna stabil. Intensitas warna diukur pada fotometer ג 546 nm, OD larutan seimbang dengan konsentrasi Hb
Atau
Darah dioksidsai oleh FeCN3→methemoglobin→methemoglobin ber
eaksi dengan KCN→cyanmethemoglobin yang berwarna stabil
Alat & reagensia:
a.Larutan Drapkins : NaHCO3 1,00 g
                                 KCN 0,05 g
                                 K3FeCN6 0,20 g
                                 Add Aq
uadest 1000 ml
Disimpan dalam botol coklat tahan 1 bulan
b. Pipet Hb sahli
c. Tabung Reaksi
d. Cuvet
e. Tissue
f. Standar Hb dengan kadar tertentu atau curve standar Hb
g. Spektrofotometer
Perhitungan:
Kadar Hb penderita= OD tes X kadar standar
OD std
Cara Kerja:
Ke dalam tabung reaksi
sampel
blanko
Larutan pengencer
Darah
5.0 ml
0.02 ml
5,0 ml
Baca absorbance terhadap larutan pereaksi setelah 3 menit
Dalam panjang gelombang : 546 nm
Program                                        : c/f
Faktor                                           : 36,8                                                                      

Ukuran normal:
       Saat Lahir             : 17 -23 g/dl
Usia 2 bulan
          : 9-14 g/dl
Usia 10 tahun
        : 12-14 g/dl
Dewasa wanita
      : 12-15 g/dl
Dewasa pria
          : 14-17 g/dl
Catatan :
  1. Fungsi: menentukan jenis-jenis anemia bersama pemeriksaan PCV dan hitung retikulosit
  2. Specimen: Darah vena atau kapiler dengan antikoagulan EDTA, heparin atau campuran Kalium/Ammonium oksalat                                                                                                        
  3. Dengan cara ini semua bentuk Hb dapat terukur kecuali sulfHb.
  4.  Campuran reagen drapkins yang keruh menyebabkan hasil tinggi palsu.                           Hal ini disebabkan oleh:
a.          Jumlah leukosit yang tiggi secara ekstrim.dihilangkan dengan disentrifuge, supernatan dipakai sebagai bahan pemeriksaan                                                                                                  
b.         Adanya Hb S dan Hb C diatasi dengan menambahkan Aquadest sama banyak kemudian hasil pembacaan dikalikan 2
c.           Abnormal globulin, dihilangkan dengan menambahkan 0,1 gram CaCO3 kedalam larutan
d.         Darah yang lipemik (banyak mengandung trigliserida)
e.          Penggunaan oksalat berlebih tidak berpengaruh thd konsentrasi Hb.

II.               Hematokrit (HCT) atau PCV(packed cells volume)
Prinsip:
Darah dengan anticoagulant disentrifuge dalam kecepatan dan waktu putar tertentu, sehingga sel-selnya memisah dalam keadaan mampat/padat. Persentase volume mampatan sel terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan HCT(PCV)

  A.MIKRO HEMATOKRIT
Alat:
1.      Tabung Hematokrit mikro, berupa pipa gelas kapiler dengan ukuran panjang.± 7cm, diameter 1mm
2.      Adonan wax
3.      Sentrifuge Hematokrit mikro dengan kemampuan putar 11500-15000rpm
4.      Skala pembacaan Hematokrit  mikro
Cara kerja :
1.      Isi pipet kapiler dengan darah yang sudah di campur dengan anti koagulan ¾ tabung
2.      Tutup tabung dengan dempul
3.      Sentrifuge dengan sentrifuge khusus pada 16000 rpm selama 3-5 menit
4.      Baca hasil nilai Ht dengan skala Ht mikro dalam volume %
Ukuran normal:
Saat lahir
               : 50 62 %
Usia 1 th
                : 31 39 %
Dewasa wanita
     : 36 46 %
Dewasa pria
         : 42 52 %
Catatan:
1.      Specimen: darah vena atau kapiler dengan anticoagulant EDTA, heparin atau campuran ammonium/kalium oksalat
2.      Penutupan lubang kapiler yang kurang sempurna, hasil HCT rendah palsu karena sebagian darah menembus keluar
3.      Penempatan tabung kapiler pada jari-jari sentrifuge kurang mapan dan penutup kurang rapat, hasil tinggi palsu karena kurang fixnya tabung  kapiler sehingga dapat bergerak-gerak saat disentrifuge. Demikian pula apabila terlalu lama dibiarkan setelah disentrifuge.
4.      Pemakaian anticoagulant yang berlebihan, hasil rendah palsu

B. MAKRO HEMATOKRIT
Alat:
a. Tabung wintrobe
b. Pipet Pasteur dengan ujung kapiler panjang
c. Interval timer atau stopwatch
d. Sentrifuge (saat pemeriksaan tabung wintrobe diputar dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit)
Cara kerja:
1.      Ambil 1 tetes antikoagulan Na2 EDTA ke dalam botol vial
2.      Masukan 1ml darah vena, campur
3.      Masukan darah tersebut dalam tabung wintrobe dengan pipet tetes dan ijuk sampai tanda 10
4.      Pusing tabung pada 3000 rpm selama 30 menit
5.      Baca ketinggian endapan eritrosit dalam volume %
Ukuran normal:
Saat lahir
               : 50 62 %
Usia 1 th
                : 31 39 %
Dewasa wanita
      : 36 46 %
Dewasa pria
         : 42 52 %
catatan ;   
  1. Specimen: darah vena dengan anticoagulant EDTA atau kalium\amonium oksalat. Darah kapiler tidak digunakan
  2. Diatas endapan eritrosit yang mampat terdapat lapisan keabu-abuan(buffy coat), tidak dibaca sebagai miniskus, lapisan  ini mengandung  leukosit dan yang paling atas adalah trombosit

III.             PERHITUNGAN JUMLAH SEL-SEL DARAH
Prinsip :                                                                                                                                                         Jumlah sel dalam 1 mm3 darah dihitung dengan jalan mengencerkan dengan larutan tertentu dan berdasarkan volume yg sudah diencerkan ini dalam kamar hitung
Specimen; darah vena/ kapiler d
engan anticoagulant EDTA, heparin atau kalium/amonium Oksalat
      A. Hitung Leukosit Manual
Alat:
a.
pipet thoma lekosit dengan aspiratornya
b. larutan.pengencer leukosit:
Larutan acetic acid 2% (V/V).                                                                       
Larutan hydrochloric acid 1% (V/V)
.  Larutan Turk:
- acetic acid glacial 3 ml
 - lar
utan Gentian violet 1% 1 ml
 - Aq
uadest add 100 ml
c. kapas kering
d. mikroskop
e. hemocytometer (kamar hitung)

Cara pemeriksaan:
1.         Hisap darah EDTA dng pipet lekosit → sampai tanda 0,5
2.         Hapus kelebihan darah dng kertas tisu
3.         Hisap lar. Turk sampai tanda 11
4.         Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit
5.         Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
6.         Hitung leukosit dengan mikroscop → lap 1,3,7,9 → hasil x 50
7.         Nilai Normal: 5.000 – 10.000 / mm3

Perhitungan :
Jumlah leukosit dalam 4 kotak = L
Jumlah volume 4 kotak = ( 1x1x 0,1)mm3 x 4 = 0,4 mm3
0,4 mm3 = L
1 mm3 = L : 0,4 = 2,5 L
Darah diencerkan = 20 x
Jadi dalam 1 mm3 darah penderita = 2,5 L x 20 = 50 L
Atau : jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah penderita sama dengan jumlah leukosit dalam 4 kotak kamar hitung dikalikan 50
Ukuran normal:                                                                                                                                           Sangat relative karena tergantung  beberapa hal, umumnya 4000-10.000 /mm3 darah
Catatan: 
·      Jumlah leukosit diatas normal disebut leukositosis, dibawah normal disebut leukopeni
·      Dalam kasus tertentu misalnya penderita leukemia dengan jumlah leukosit diatas 10.000 /mm3, pengenceran dapat dilakukan 100 kali dengan pipet pengencer eritrosit
·      Jika jumlah leukosit kurang dari 3000/mm3 pengenceran diperkecil menjadi 10 kali agar lebih teliti
·      Perhitungan sel harus segera selesai sebelum cairan dalam kamar hitung menguap sebagian
·      Faktor kesalahan cara ini ±15%
2.    Hitung Eritrosit Manual
·           Prinsip: darah diencerkan dan dicat dengan larutan Hayem → lalu dihitung jumlah eritrosit dalam volume tertentu
·           Tujuan: menghitung jumlah eritrosit dalam darah
Alat yg digunakan:
  1. Pipet eritrosit
  2. Kamar hitung (Improved Neubauer)
  3. Mikroskop
  4. Counter tally
Reagen: Larutan Hayem

Cara pemeriksaan:
·            Hisap darah EDTA dng pipet eritrosit → sampai tanda 0,5
·            Hapus kelebihan darah dng kertas tisu
·            Hisap lar. Hayem sampai tanda 101
·            Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit
·            Buang lar 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
·            Hitung leukosit dengan mikroscop → lap A, B, C, D dan E → hasil x 10.000

Nilai Normal:
·          Pria      : 4,5 – 5,5 juta/ mm3
·          Wanita : 4 – 5 juta/ mm3

Perbedaaan dengan hitung leukosit
1.         Larutan pengencer harus bersifat isotonis agar eritrosit tidak lisis
    Macam-macam larutan pengencer:
  
     a. Larutan Hayem:
                                    -sodium sulfat 2,50 gram
                         
          -sodium chloride 0,5 gram
                              -mercury chloride 0.2 - 5 gram
                               
     -aquadest add 100 ml
 
     b. Larutan Gower:
                             -sodium sulfat 12,5 gram
                               
      -acetic acid glacial 33,3 ml
                                 
    -aquadest add 200 ml
   
   c. PZ
2.     Pengenceran sebanyak 200 kali dengan menggunakan pipet pengencer eritrosit
3.
    Perhitungan
Volume 1 kotak untuk hitung eritrosit = 0,2 x 0,2 x 0,1 mm3= 0,004 mm3
Volume 5 kotak = 5 x 0,004 mm3 = 0,02 mm3
Jumlah eritrosit dalam 5 kotak = E, maka dalam 1 mm3 cairan mengandung 1 : 0,02 x E =50
E
Pengenceran darah = 200 kali , maka jumlah eritrosit dalam 1 mm3 darah = 200
x 500 E = 10.000 E
Atau, “jumlah eritrosit dalam 1 mm3 darah sama dengan jumlah eritrosit dalam 5 kotak perhitungan dikalikan 10.000”
Catatan:
·        Perhitungan harus segera selesai sebelum cairan dalam kamar hitung mengering sebagian
·        Dalam keadaan tertentu misalnya polycythemia, jumlah eritrosit sangat tinggi sehingga sulit dihitung. Diatasi dengan pengenceran darah dibuat lebih tinggi misalnya dengan memipet darah sampai tanda 0,3 lalu diencerkan sampai tanda 101 maka pengenceran menjadi 333x
·        Penderita anemia, jumlah eritrosit sangat rendah sehingga pengencrean cukup 100 kali
·        Bila saat pemeriksaan dengan  larutan  hayem darah mengalami aglutinasi maka pengenceran harus diulang dengan larutan PZ atau larutan gower. Biasanya ini terjadi pada penderita hiperglobulinemia
·        Kesalahan cara ini ± 20%
Ukuran normal:
       Dewasa wanita      : 3,6 - 5 juta/mm3 darah
Dewasa pria
          : 4,2 - 5,4 juta/mm3 darah
Saat lahir
               : 5 - 6,5 jiuta/mm3 darah

3. Differential Counting
Ada 6 jenis leukosit dewasa yang dihitung persentase relatifnya dalam 100 sel, yaitu;
Eosinofil : ………………..%
Basofil : ………………..%
Band/stab neutrofil : ………………..%
Segmented neutrofil : ………………..%
Limfosit : ………………..%
Monosit : ………………..%
Batasan normal:

Jenis Sel
Bayi
Usia 4-6 tahun
Dewasa
Eosinofil
1-3%
1-3%
1-3%
Basofil
0-1%
0-1%
0-1%
Band/stab neutrofil
0-1%
1-2%
2-4%
Segmented neutrofil
25-50%
35-55%
50-65%
Limfosit
30-65%
40-60%
25-40%
Monosit
4-8%
4-8%
4-10%


4.
Laju Endap Darah
Nama lain: ESR: eritrosit sedimentation rate
                   BSE: blood sedimentation rate
                   BBS: blood bzinking snellhyd
Prinsip:                                                                                                                                                     Darah dengan anticoagulant dibiarkan didalam pipet ukuran tertentu dalam posisi tegak lurus, kecepatan eritrosit mengendap diukur dalam jangka waktu tertentu

1.
 Laju Endap Darah Westergreen Asli
specimen:darah
anticoagulant Na sitrat 3,8% dalam rasio 3:1
Cara kerja:
a.
 Darah dengan anticoagulant Na sitrat yang telah homogen dipipet dengan pipet westergreen sampai tanda 0
b.
  Taruh dalam rak LED posisi tegak lurus, tungu selama 1 jam, catat panjang plasma
Ukuran normal:
Dewasa pria          :0-15 mm per jam
Dewasa wanita      :0-20 mm per jam
Anak-anak            :0-10 mm per jam

2.
 Laju Endap Darah Westergreen Modifikasi
Specimen: darah EDTA
Prinsip:                                                                                                                                                          Sama dengan cara asli tapi anticoagulant yang dipakai serbuk kering sehingga ditambahkan PZ guna mempertahankan pegenceran
Prosedur:
a.
 0,25 ml PZ kedalam tabung pencampur, ditambah darah EDTA 1 ml, homogenkan
b.
 Pipet dengan pipet westergreen sampai tanda 0, pasang pada rak LED posisi tegak lurus
c.
 Tunggu 1jam atau 2 jam, catat panjang plasma
Ukuran normal:
Pria           : 0 - 9 mm per jam
Wanita
      : 0 - 20 mm per jam

3. Laju Endap Darah Wintrobe&Landsberg
specimen: darah EDTA at
au Kalium/ammonium oksalat
Prosedur:
1.       Homogenkan sample, isikan specimen kedalam tabung  wintrobe dengan bantuan pipet Pasteur/lidi/rambut sapu lantai sampai miniskus tanda 0 diatas tabung. Tidak boleh terdapat gelembung udara
2.      Tempatkan tabung pada rak posisi tegak lurus, tunggu selama 60 menit.
3.      Panjang plasma dilaporkan sebagai hasil pemeriksaan dalam satuan mm
Ukuran normal:
Pria
           : 0 - 9 mm per jam
Wanita
      : 0 - 20 mm per jam

Daftar Pustaka
http://komitekeperawatanrsdsoreang.blogspot.com/2010/02/laboratorium-klinik-pemeriksaan-darah.html
Referensi
Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin Dunia Kedokteran. 1983; 30: 28-31.
Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. hal. 11-42.
Ronald AS, Richard AMcP, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC; 2004.
Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta: Amara Books; 2008. hal. 17-35.
Theml H, Diem H, Haferlach T. Color atlas of hematology; principal microscopic and clinical diagnosis. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2004.
Vajpayee N, Graham SS, Bem S. Basic examination of blood and bone marrow. In: Henry’s clinical diagnosis and management by laboratory methods. 21st ed. Editor: McPherson RA, Pincus MR. China: Saunders Elsevier; 2006. hal. 9-20.
















3 .Hitung Trombosit Rees-Ecker
Prinsip:                                                                                                                     Darah diencerkan dengan larutan yang mengandung brillian creasyl blue sehingga trombosit berwarna biru cerah. Perhitungan didasarkan pada pengenceran & volume cairan dlm kamar hitung
specimen: darah vena / kapiler dgn AK EDTA
Alat dan bahan:                                                                                                       reagen lart pengencer rees ecker: natrium sitrat 3,8 gram
                                                                 kristal BCB 0,1 gram
                                                                 formalin 40% 0,2 ml
                                                                 Aquadest add 100ml
a.
Secara langsung
prosedur sama d
engan hitung eritrosit, tapi setelah sample dimasukkan dalam kamar hitung. Kamar hitung diletakkan dalam ruangan lembab menggunakan petri dish dengan dasar kertas saring basah selama 15 menit
pengamatan dibawah mikroskop d
engan perbesaran 40x, jumlah trombosit yang dihitung adalah trombosit yang berada pada 4 petak hitung leukosit.
perhitungan :
j
umlah trombosit dalam 4 kotak = T
j
umlah volume 4 kotak = ( 1x1x 0,1)mm3 x 4 = 0,4 mm3
0,4 mm3 = L
1 mm3 = L : 0,4 = 2,5 L
Darah diencerkan = 200x karena pakai pengenceran eritrosit. Jadi dalam 1 mm3 darah penderita = 2,5 L x 200 = 500 L
Atau : j
umlah leukosit dalam 1 mm3 darah penderita = jml leukosit dalam 4 kotak kamar hitung dikalikan 500
b. secara tidak langsung
jumlah trombosit ditentukan melalui pemeriksaan apusan darah, dimana j
umlah trombosit dihitung dalam 1000 sel eritrosit dan juga menghitung eritrosit dalam kamar hitung.
J
umlah trombosit = T : 1000 x 5juta (misalnya jumlah eritrosit dalam kamar hitung)
Ukuran normal: 150ribu – 350 ribu per mm3 darah